DakiSemut.Co.Id – Dia berada di tribun penonton, tak jauh dari Presiden FIFA Gianni Infantino dan Ketua Umum PSSI Erick Thohir, yang juga menyaksikannya secara langsung.
Pertandingan play-off itu digelar di salah satu tempat latihan Timnas Prancis, Kamis (9/5/2024), untuk memperebutkan tiket terakhir ke Olimpiade Paris 2024.
Tak ada yang menyangka Troussier hadir langsung untuk menyaksikannya.
Setelah berpisah dengan Vietnam, baik sebagai pelatih timnas senior maupun U-23, pria berusia 69 tahun itu kembali ke negara asalnya, Prancis.
Namun, dia ternyata mengaku masih sangat peduli kepada sepak bola Asia Tenggara.
Itulah yang menggiring Troussier untuk mau datang menyaksikan pelatih Shin Tae-yong dan pasukannya bermain.
Timnas U-23 Guinea ternyata tak sehebat yang diperkirakan sebelumnya.
Permainannya biasa saja, bahkan tak lebih baik dari Irak yang dihadapi Indonesia dalam perebutan peringkat ketiga Piala Asia U-23 2024 di Qatar.
Hanya saja, keberuntungan akibat kepemimpinan wasit Francois Letexier yang kontroversial memihak Guinea.
Tim dari Afrika Barat itu cuma menang 1-0 melalui hadiah penalti kontroversial.
Bahkan, ketika dihadiahi penalti kedua yang lebih kontroversial, pemain Guinea gagal dalam eksekusi.
Itu menjadi momen tak terlupakan bagi Shin Tae-yong, karena dihukum kartu merah.
Pelatih Timnas U-23 Indonesia itu terkena kartu kuning kedua karena dianggap terlalu berlebihan memprotes keputusan wasit.
Shin sungguh merasa sangat dizalimi, sampai dia sempat tak mau meninggalkan area pinggir lapangan, sehingga pertandingan berhenti beberapa menit.
Pelatih dari Korea Selatan itu akhirnya keluar dan naik ke tribun penonton.
Dalam potongan video hasil tangkapan kamera FIFA+, Troussier tak bereaksi sedikit pun setelah pemain Guinea Ilaix Moriba berhasil mengeksekusi hadiah penalti pada menit ke-29.
Berada di samping kiri pria tua yang menjadi temannya menonton, dia malah tampak hanya melihat sesuatu di genggaman tangannya.
Troussier memang lebih fokus pada permainan Timnas U-23 Indonesia untuk melihat sudah sejauh mana perkembangannya.
Sebelumnya, dalam wawancara dengan majalah Jepang, Number, 7 Mei 2024, dia menilai laga play-off Garuda Muda melawan Guinea merupakan kesempatan untuk mengukur perkembangan sepak bola Asia dengan benua lain.
“Sepak bola Asia sudah pasti berkembang, tetapi mari kita lihat bagaimana mereka dibandingkan dengan sepak bola Afrika,” katanya.
Troussier kagum melihat penampilan Timnas U-23 Indonesia di Piala Asia U-23 2024.
Ernando Ari dkk menumbangkan tim favorit Korea Selatan di perempat final, sebelum menyerah 0-2 dari Uzbekistan di semifinal dan kalah tipis 1-2 dari Irak dalam perebutan peringkat ketiga.
Sebagian pemain yang memperkuat Garuda Muda itu merupakan pilar di Timnas Indonesia ketika menghajar Vietnam asuhan Troussier tiga kali di Piala Asia 2023 dan Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Sederet kekalahan yang sangat membekas itulah yang menjadi pemicu pemecatan Troussier.
Dia meninggalkan Vietnam pada 3 April malam, terbang ke Prancis, lalu jalan-jalan ke Maroko untuk beristirahat.
Troussier juga menjalin kerja sama sebagai pakar untuk majalah Number dan sempat menganalisis final Piala Asia U-23 2024.
Di turnamen itu, tim yang sempat diasuhnya, lalu diserahkan ke Hoang Anh Tuan, mencapai perempat final.
Menurut Troussier, sepak bola Asia telah berubah pasca Piala Asia 2023 dan Piala Asia U-23 2024.
Semua tim, jelasnya, berusaha mempertahankan bola dan membangun gaya permainan mereka sendiri, yang diwarnai dengan banyak tim kuat seperti Korea Selatan dan Australia tersingkir lebih awal.
“Kesenjangan antara tim yang sebelumnya kuat dan lemah secara bertahap menyempit,” ujarnya.